Tujuan hidup. Mungkin terdengar sangat simpel dan terlihat simpel. Dilihat dari sisi manapun juga cukup simpel. Tapi coba deh kalian rasakan baik – baik dan tanya sendiri ke diri kalian? “Udah belum sih gue punya tujuan hidup” , “Nanti kalo udah lulus, mau ngapain ya?”, atau “Sepuluh tahun lagi, gue jadi apa ya?”. Pertanyaan – pertanyaan ini, seringkalo kita remehkan dan lupakan. Sehingga, ada saja anak muda seperti kita yang masih mengikuti suatu gaya hidup karena faktor ikut-ikutan tanpa arah atau sering kita sebut alay. Oke, jangan jauh-jauh deh. Coba aja tanya ke temen-temen kalian. Pasti ada aja yang belum tau apa tujuan hidupnya.
Banyak loh dampak negatifnya dari hal ini. Belum tahu tujuan hidup, berarti kita hidup tanpa passion. Hidup tanpa passion, berarti tidak tahu apa yang dikerjakan. Dan bila kita tidak tahu apa yang kita lakukan, wah, bahaya, gan! Hehe. Kalo kata T. Alan Armstrong : “If there is no passion in your life, then have you really lived? Find your passion, whatever it may be. Become it, and let it become you and you will find great things happen FOR you, TO you and BECAUSE of you.” Nah, dari kutipan tadi jelas disebutkan, bahwa passion itu “syarat” hidup. Hidup benar-benar hidup bila kita tahu apa passion kita. Ibarat mobil, hidup itu mobilnya, sedangkan passion adalah akinya. Mobil digerakkan dengan mesin. Tapi, tanpa aki, fungsi-fungsi utama mobil tersebut seperti starter elektrik, lampu, dan lain – lain tidak berfungsi. Bagaimana berkendara dengan nyaman apabila fungsi – fungsi tersebut tidak berfungsi. Betul? Hehe
Nah, sekarang udah tahu kan apa latar belakangnya kita butuh tujuan hidup? Ga mau kan hidup tanpa arah dan akhirnya bingung? Mari cari dan ketahui tujuan hidup kita dari sekarang.
Oke, pasti masih ada yang bingung, gimana sih biar tau tujuan hidup kita? Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin lebih ke pengalaman pribadi saya aja kali ya. Kalo saya sih, jujur, nemuin tujuan hidup itu sulit diawal. Butuh proses dan kesabaran dalam masa pencarian (nggak selebay ini juga sih kenyataannya). Gampangnya, tahu dulu minat kita ke bidang apa. Nah dari bidang yang kita senangi, tumbuhin deh ke hal yang lebih besar. Pasang impian untuk mewujudkan hal tersebut. Bila kita sudah bisa melakukan hal – hal yang menyenangkan hati, impian dan tujuan kita akan terfokus ke beberapa hal saja, yang tentunya menyenangkan hati kita sehingga, untuk melangkah lebih maju-pun, kita seakan sudah memegang peta navigasi dalam genggaman kita untuk mencapai tujuan. Setelah tujuan sudah terlihat, akan tumbuh kemauan untuk memiliki dan akan muncul dedikasi atau komitmen untuk berusaha menggapai tujuan kita. Yah, Alhamdulillah, untuk sekarang ini, saya sudah melihat apa yang mau saya raih. Tujuan sudah terlihat, dan kini saatnya berusaha untuk benar – benar memiliki apa yang saya idamkan.
Untuk urusan menggapai tujuan, mungkin kita harus banyak belajar dari tokoh – tokoh terkenal. Mereka terkenal dan dikenang orang lain karena telah menggapai sesuatu dan tujuan mereka itu, bisa menghasilkan sesuatu yang sangat berguna dan berkesan untuk orang lain. Kita ambil pelajaran yuk dari salah satu tokoh favorit saya, Steve Jobs.
Steve Jobs dan teman SMA-nya Steve Wozniak mendirikan Apple Computers tahun 1976, tahun yang sama dengan saat dia memutuskan untuk meninggalkan bangku Reed College, salah satu tempat kuliah termahal di Amerika Serikat. Setelah beberapa tahun di Apple, Jobs didepak dari perusahaan yang dia dirikan pada tahun 1985 saat penjualan Macintosh mengalami penurunan. Dalam pidato-nya yang diberikan untuk wisudawan Stanford, tahun 2005, Jobs mengenang hal tersebut dengan mengatakan: “It freed me to enter one of the most creative periods of my life.” Terbukti, dia kemudian mendirikan NeXT Computers dan membeli Pixar, perusahaan animasi yang film – filmnya sangat berkualitas. Tak heran Jobs mengatakan bahwa dipecat dari Apple merupakan hal terbaik yang pernah terjadi padanya! Wow! Talking about optimism and forgiveness! Lalu Jobs diminta kembali ke Apple tahun 1996 saat Apple membeli perusahaan yang baru dirintisnya NeXT. Saat itu Apple hampir bangkrut. Bahkan Michael Dell saat itu berkomentar, kalau dia jadi Steve Jobs dan diminta kembali ke Apple dia akan tutup perusahaan tersebut. Steve Jobs membuktikan kebalikannya, saat ini asset Apple 13X asset Dell.
Orang semacam Steve Jobs ini memang luar biasa. Jelas ia seorang visioner dan inovator, selain itu dia memiliki kemampuan untuk melihat segala kesulitan sebagai ‘pintu’ untuk mewujudkan impian-nya melalui ruang yang berbeda. Dia percaya penuh kepada visinya, pada mimpinya, dan berjalan mewujudkan mimpi tersebut walaupun orang lain banyak yang berpendapat sebaliknya. Coba deh baca Jobs berikut ini: “Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped by dogma — which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.”
Yang menakjubkan dari orang ini, menurut saya adalah kemampuannya untuk tidak patah, tidak mau dipatahkan oleh keadaan, oleh pengkhianatan, oleh penghinaan yang diterimanya dan juga oleh diagnosa penyakit kanker pankreas yang akhirnya menghantarnya pada kematian. Cara dia memandang masa – masa kehidupannya pasca mengetahui penyakitnya adalah: “Remembering that you are going to die is the best way I know to avoid the trap of thinking you have something to lose. You are already naked. There is no reason not to follow your heart.” Limitasi kehidupan membuat dia semakin menghargai dan memanfaatkan waktu sempit yang masih tersedia itu untuk mewujudkan tujuannya, akibatnya, ia berhasil mengubah industri komputer, smartphone, dan musik hingga seperti sekarang yang kita kenal.
Bagaimana? Luar biasa kan perjalanan Jobs dalam menggapai tujuannya? Pastinya. Follow the dream of your heart. Kejarlah mimpi yang ada di dalam hatimu, seperti yang sudah dilakukan oleh Steve Jobs. Mungkin kita tidak akan menjadi the next Steve Jobs atau the next Walt Disney, tapi siapa tahu ternyata kita bisa menjadi orang yang berani bermimpi dan berani berusaha untuk mewujudkan seperti mereka? Kita tidak akan pernah tahu sampai kita mencobanya sendiri.
Banyak orang takut dianggap konyol saat mereka mengejar mimpi mereka. Namun, kita hanya bisa mengetahuinya setelah menjalankan keputusan itu dan tidak ada jaminan atau kepastian kita akan berhasil, sebaliknya juga belum tentu kita akan gagal.
So, follow your dream if you dare, and be generous to let others follow theirs!
Bogor, 19 April 2012
Nurfikriyadi